Senin, 09 April 2012

My Heart is Beating







CAST :
-          Lee Joon (MBLAQ)
-         Ji Eun (IU)

# (IU part)
Aku memakirkan sepedaku di depan sebuah toko roti. Dengan riang, aku melangkahkan kakiku menuju pintu masuk. Dengan cepat, aku mengeluarkan kunci dari tas selempangku dan membuka toko. Seperti telah diperintah, aku berjalan menuju lantai dua, dimana toko roti tempatku bekerja berada. Karena di lantai satu adalah toko baju dan sepatu. Begitu sampai di lantai dua, segera kubuka jendela dan membersihkan etalase, menyapu, mengepel dan mengganti tulisan CLOSE menjadi OPEN.
Aku melihat jam, masih jam delapan, toko ini buka pukul sembilan. Sepertinya aku kepagian. Aku pun menunggu teman – teman sambil memutar lagu yang segera menyemarakkan toko roti kecil ini. Aku melihat meja tamu, sepertinya ada yang belum kubersihkan. Ketika aku melewati jendela, aku melihat sesosok namja di apartemen sebelah toko. Aku memperhatikan namja itu, ia sedang berolah raga sambil mengangkat barbel dan melakukan sedikit pemanasan. Entah apa yang menarikku untuk berhenti dan menatap namja itu. Saking asyiknya menatap namja itu, aku tidak sadar bahwa namja itu berhenti melakukan kegiatannya dan berpaling menatapku. Begitu tersadar, aku kaget dan langsung bersembunyi di balik dinding.
Jantungku berdegup sangat kencang karena kaget. Aku tidak menduga bahwa namja itu akan mempergokiku. Aku memberanikan diri untuk mengintip. Namja itu tidak terlihat, sepertinya dia juga bersembunyi. Tangan namja itu menunjuk ke atas. Aku terkejut dan menunjuk diriku sendiri, apakah dia sedang menunjukku? Aku melihat sekeliling. Tidak ada apa – apa. Aku kembali menatap namja itu. Terlihat sebuah kertas putih bertuliskan ‘Who?’. Aku kembali bersembunyi, namja itu tahu kalau aku sedang menatapnya.
“Aaah… oddokae?” Aku jadi gelisah sendiri. Ini sangat memalukan. Aku mencari kertas untuk menuliskan sesuatu. Karena lamanya ia mencari kertas, namja itu mengeluarkan kertas lagi bertuliskan ‘Hello’.
Aku pun memberanikan diri untuk mengangkat kertas bertuliskan ‘Hi’. Kata aneh yang tiba – tiba keluar dari otakku saat ini. Aku mengintip sekali lagi. Namja itu tersenyum dan melambaikan tangan padaku. Aku tersenyum malu sambil membalas lambaian tangannya.
“Aaaah… tampan sekali dia…” seruku dalam hati.
Ia mengganti tulisan ‘Hello?’ dengan tulisan ‘2 June’ sambil menunjuk dadanya. Lee Joon. Pasti itu namanya. Aku mengambil kertas lagi dan menuliskan namaku. Ia memberi isyarat bahwa kertasku terbalik. Aku tertawa malu dan segera membalikkan kertas namaku. IU.

# (Joon part)
Aku berusaha menghilangkan rasa kesalku pada teman - temanku dengan mengangkat barbel di kamar. Mendadak mereka membatalkan janji untuk pergi ke gym, akhirnya aku hanya bisa berlatih di kamar sendirian. Sudah hampir sejam aku menghabiskan waktu berlatihku sendiri di kamar.
“Haah… jinja! Mereka benar – benar menyebalkan!” seruku sebal sambil terus mengangkat barbel.
Sejam kemudian, terdengar suara musik dari toko roti di lantai dua di seberang apartemenku. Seketika aku bersemangat, karena lagu yang sedang diputar di toko roti itu adalah lagu pop rock yang sedang digandrungi remaja – remaja saat ini. Saat sedang meletakkan barbel di meja, aku melihat sesosok yeoja sedang menatapku. Aku kaget dan segera bersembunyi, karena aku hanya memakai kaus dalam. Untung saja aku masih memakai kaus dalam, karena biasanya aku hanya bertelanjang dada dan hanya memakai celana training. Aku berjongkok untuk bersembuyi di bawah jendela.
Aku kembali mengintip yeoja itu, ia masih bersembunyi. Ketika ia kembali mengintip, aku menunjuk ke atas untuk mengalihkan perhatiannya, perhatiannya teralihkan, cepat - cepat aku mengambil sebuah kertas dan menuliskan sesuatu diatasnya.
Aku mengangkat kertas bertuliskan ‘Who?’. Yeoja itu kembali bersembunyi. Kenapa ia harus bersembunyi? Aku menunggu jawaban darinya. Hampir tiga menit tidak ada tanggapan, aku kembali menuliskan sesuatu di kertas lain. Karena jendela kamarku permanen, jadi aku tidak bisa berbicara dengannya. Hanya lewat kertas ini aku bisa berkomunikasi dengannya. Aku menunjukkan kertas betuliskan ‘Hello?’. Aku memberanikan diri untuk menunjukkan diriku. Tiba – tiba terlihat sebuah kertas bertuliskan ‘Hi’ dari yeoja itu sambil perlahan ia menujukkan dirinya. Yeoja itu sangat cantik. Rambutnya panjang terikat dua dengan poni yang membuatnya semakin manis. Aku melambaikan tangan padanya, ia membalasnya sambil tersenyum. Senyumnya juga sangat manis.
Aku membuang kertas bertuliskan ‘Hello?’ dan menggantinya dengan menuliskan namaku diatas kertas itu. 2 June. Itulah namaku, Lee Joon. Yeoja itu juga menuliskan sesuatu diatas kertasnya dan menunjukkannya padaku.  UI.
Aku tertawa kecil, ia mengangkat kertasnya terbalik. Aku memberi isyarat bahwa kertasnya terbalik. Ia tersenyum lucu dan segera membalikkan kertasnya. IU.
IU, itulah nama yang terukir di kertas itu dan pikiranku. IU.

# (IU part)
Aku menyalakan lampu belajar di kamarku. Aku mulai membuka buku diary-ku dan menuliskan nama namja itu di buku diary-ku. Lee Joon. Aku tersenyum sendiri melihat nama itu ada di kertas buku diary-ku. Aku menggambar toko roti dan apartemennya serta gambaran dirinya, gambaran pertemuan kami tadi. Aku tersenyum melihatnya.
Aku berdiri dan menempelkan kertas – kertas yang aku gunakan untuk mengobrol dengannya tadi di dinding kamarku. Aku memandangnya dengan senyum. Semoga besok aku masih bisa bertemu dengannya.
Aku tersenyum memandang kertas warna – warni itu.

Keesokan harinya…
# (IU part)
Aku mengganti tulisan CLOSE dengan OPEN dan kembali ke beranda toko roti untuk merapikan bunga – bunga dalam pot. Sebuah pantulan sinar menggangguku. Aku menghalau sinar itu dengan tanganku.
Aku mencari arah sinar itu. Ternyata Joon yang membawa sinar itu. Aku melihatnya sedang memainkan kaca untuk membuatku silau. Aku merengut dan menghalau sinar itu. Aku pura – pura cemberut.
Joon mengeluarkan handphone-nya dan menunjukkannya padaku. Ia ingin meminta nomor teleponku. Aku menggeleng dan menyilangkan tanganku, aku mengatakan bahwa aku tidak punya handphone. Ia menghubungi sebuah nomor.
Aku mendengar suara telepon toko berdering. Aku melihatnya sedang menelpon. Aku menggeleng pelan.
Ia terlihat sebal, “Wae?” tanyanya dengan menggerakkan mulutnya.
Aku tertawa dan menggerakkan tanganku untuk memberitahu bahwa ia tidak bisa menggunakan telepon toko untuk berbincang dengannya. Karena bos akan marah jika tahu ia sedang menggunakan telepon. Dan itu berarti ia akan dipecat.
Joon terlihat sebal. Ia menutup slide ponselnya dengan gerakan lucu. Aku tersenyum dan mengeluarkan kertas bertuliskan ‘Thank’ sambil tersenyum malu – malu.

# (Joon part)
Aku kembali ke kamarku setelah selesai jogging. Ku lihat IU sedang merapikan tanaman di beranda toko. Aku menatapnya dengan kagum, wajahnya benar – benar manis. Aku mencari kaca untuk menarik perhatiannya. Aku mengarahkan sinar matahari ke arahnya. IU pun kaget dan berusaha untuk menghalau sinar matahari. Aku makin tertarik untuk menggodanya. Ia pun cemberut. Aku tertawa melihat wajah cemberutnya. IU berjalan menuju beranda toko untuk mengobrol denganku.
Aku menunjukkan ponselku padanya. Berharap dia akan memberikan nomor ponselnya padaku. Ia menggeleng dan memberikan tanda silang di dadanya. Aku masih tidak menyerah, aku menelpon ke toko roti tempatnya bekerja. Ia masih menggeleng dan memberi isyarat bahwa itu tidak berguna.
Wae…?” tanyaku sebal.
IU tertawa melihatku sebal. Aku senang melihatnya tertawa, aku pun menutup flat ponselku dengan gerakan lucu. Ia makin tertawa, aku makin terpesona melihatnya tertawa padaku.
Ia mengeluarkan kertas lagi bertuliskan ‘Thank’. Aku tersenyum padanya. Perasaanku makin tertuju padanya.

# (IU part)
Aku kembali menempelkan kertas di kamarku. Aku tertawa sendiri melihat banyaknya kertas yang sudah aku habiskan hanya untuk berbicara dengan namja yang sama sekali belum pernah mengobrol denganku  secara langsung.
Aku kembali ke meja belajar dan menggambar hati di sebuah kertas berwarna merah muda. Aku menimbang – nimbang. Apa aku harus mengatakan padanya bahwa aku suka padanya? Tapi aku kan belum pernah sekali pun mengobrol langsung dengannya. Aku jadi bimbang.
Lakukan, tidak, lakukan, tidak, lakukan, tidak.
Aku menggeleng kepalaku.
Lakukan! Aku harus menyatakan perasaanku padanya!
Hwaiting!

Keesokkan harinya…
# (IU part)
IU segera berlari ke arah beranda. Ia mencari – cari sosok Joon disana. Tiba – tiba Joon muncul dengan senyumnya yang manis. IU pun bernapas lega karena ia masih bisa bertemu dengan Joon.
Joon mengeluarkan kertas lagi bertuliskan ‘Show’ dan menunjuk ke arahku. Ia ingin melakukan sesuatu untukku. Aku memperhatikan apa yang dilakukannya. Ia menari – nari dengan gerakan lucu. Aku tertawa gembira. Ekspresinya benar – benar menggelikan. Aku bertepuk tangan dengan keras, karena dia terlihat sangat keren ketika ia mulai menggerakkan tubuhnya.
Aku mengambil kertas dan menuliskan ‘Wow’. Aku kembali bertepuk tangan sambil memberikan two tumbs up. Ia tersenyum padaku. Senyumnya sangat manis, aku benar – benar terpesona dibuatnya. Aku tidak sadar ada seorang pelanggan yang sebal padaku karena ia tidak dilayani, bahkan wafel pesanannya pun tidak aku berikan.
Ia kembali melakukan tarian untukku, aku makin terpukau. Seorang pelanggan melewatiku dan menatapku dengan aneh. Mungkin ia berpikir aku gila. Aku tidak peduli, aku benar - benar sedang menikmati pertunjukkan dari Joon. Joon berputar – putar sebentar dan akhirnya terjatuh karena gerakan tarinya. Aku makin tertawa dibuatnya.
Setelah terjatuh, lima menit kemudian, tidak nampak batang hidungnya. Ia tidak berdiri lagi. Aku mencari – cari sosoknya, ia tidak juga muncul. Aku pun menunggunya sampai sore, dan sosok Joon tidak juga muncul.
Aku pun pulang dengan perasaan kecewa.

# (Joon part)
Aku melihatnya di beranda. Aku pun segera muncul tiba – tiba, senyumnya kembali merekah. Aku mengambil kertas dan menuliskan ‘Show!’ dan menunjuk ke arahnya, aku ingin mengatakan bahwa aku ingin menari untuknya. Dia terus memperhatikanku. Aku mulai menari – nari, IU terlihat gembira. Terlihat dari tawanya yang tidak hilang dari wajah manisnya dan juga ia terus bertepuk tangan. Aku pun makin semangat untuk menari untuknya. IU mengangkat tulisan 'Wow' sambil memberiku dua jempol. Aku tersenyum melihatnya.
Aku berputar – putar dengan cepat. Aku tidak sadar bahwa di bawahku tergeletak sepatu roda. Aku menginjak sepatu roda itu dan akhirnya aku terpeleset ke lantai. Tanganku membentur lantai dengan keras dan kepalaku membentur dinding dengan keras. Aku kesakitan dan pandanganku mulai memudar.
Setelah itu, aku tidak sadar dengan apa yang terjadi padaku.

Keesokan harinya...
# (IU part)
Hujan mulai mengguyur bumi. Aku menatap ke arah beranda. Sosok Joon belum juga muncul. Ini sudah tiga hari aku tidak melihatnya.
“Kemana dia?” tanyaku pada diri sendiri sambil terus menatap ke arah apartemen Joon yang masih terlihat sepi. Aku terus menatap hujan diluar. Berharap Joon tiba – tiba muncul dan kembali menghiburku.
Tapi yang kulihat hanyalah air yang terus turun tanpa berhenti dan sebuah kamar kosong yang tidak terlihat tanda – tanda kehidupan.
Aku menghela napas kecewa. Rasa kesepian mulai merayap. Aku terus menatap hujan diluar. Di tanganku tergenggam kertas bergambar hati yang kubuat kemarin.

# (Joon part)
IU tersenyum padaku dengan memakai baju pengantin. Wajahnya yang manis makin terlihat cantik ketika ia tersenyum padaku. IU…
Aku membuka mataku perlahan. Sekejap rasa pusing mulai terasa. Kepalaku seperti dihantam seribu palu. Mataku pun terasa berat untuk dibuka. Ketika kesadaranku mulai terkumpul. Aku kembali mengingat – ingat apa yang terjadi padaku.
Yang terlintas di benakku adalah IU. Aku menari untuknya dan wajah IU yang terlihat gembira melihat tarianku. IU tertawa melihatku dan kemudian… aku terjatuh. Aku segera bangkit dengan sekuat tenaga dengan membawa botol infus. Aku melihat tanganku sudah dibalut. Sepertinya ada tulang yang retak. Aku berjalan menuju pintu keluar. Terlihat anak – anak kecil sedang bermain kertas warna – warni. Aku menatap kertas merah yang sedang dipegang oleh salah seorang anak kecil.
Aku segera meminta kertas itu pada anak kecil itu. Dan membuat sebuah bentuk untuk ku pasang di botol infusku.
Aku pun berlari dengan sekuat tenaga menuju toko roti. Aku bahkan lupa bahwa tanganku sedang dibalut dan tangan kananku membawa botol infus. Aku hanya ingin segera bertemu dengannya.
Harus!
Aku melihat toko roti di depan mataku. Dengan susah payah aku kembali berlari dan membuka pintu dan berlari ke lantai dua dimana IU berada. Aku segera menaiki tangga dengan berlari. Sesampainya di toko roti, aku segera berlari menuju beranda toko. Terlihat IU sedang duduk termenung di jendela. Ketika langkah kakiku berhenti berlari, IU menoleh ke arahku dan segera berdiri tiba – tiba. Senyumnya mulai merekah, menghiasi wajah manisnya. Aku lega melihatnya tersenyum padaku.

# (IU part)
 Aku masih termenung di beranda toko sambil melihat kamar kosong di depan toko. Kamar itu, di kamar itu pikiranku sekarang. Kemana dia pergi? Sudah berhari – hari tidak muncul. Perasaan kesepian, takut dan kecewa mulai merayap di hatiku. Apa sesuatu terjadi padanya?
Apa yang harus aku lakukan?
Saat sedang memikirkan sosok Joon, terdengar suara langkah kaki mendekat. Aku menoleh. Joon berdiri dengan napas terengah – engah, seperti habis berlari. Aku berdiri kaget. Tangannya terlabut perban, sepertinya ia sedang terluka parah. Aku tersenyum padanya, tidak percaya bahwa dia sekarang sedang berada di depanku. Ia tersenyum padaku. Aku pun melangkahkan kakiku menuju ke arahnya. Kertas bergambar hati ku sembunyikan di balik punggungku.
Ia berjalan pelan ke arahku dan aku pun berjalan menuju ke arahnya. Kami berhenti ketika saling berhadapan satu sama lain. Ia menunjukkan tali perbannya yang bertuliskan IU. Ia mulai menggeser tali perbannya dan menunjukkan kata ‘like’ yang tertulis di perbannya. Ketika tali perbannya digeser, terbaca ‘I like U’. Aku tersenyum malu. Ia menunjukkan botol infusnya yang tertempel kertas merah berbentuk hati padaku. Perlahan aku pun menunjukkan kertas merah muda bergambar hati merah padanya.
Kami hanya saling tersenyum satu sama lain tanpa berkata apa – apa.

IU berdiri di depan Joon dengan memakai gaun pengantin. Joon pun memakai kemeja putih dan dasi kupu – kupu yang membuatnya makin tampan. IU tersenyum pada Joon dengan manis. Joon mulai mengangkat tangannya…

# (IU part)
Sebuah tangan membangunkanku dari tidur.
“Apa yang kau lakukan? Cepat tutup toko…” ujar Bos. Aku pun berdiri dan mengucek mataku. Aku bahkan tertidur di sela – sela kerjaku. Aku berjalan untuk mengganti papan OPEN menjadi CLOSE.
“Hmm…apa semua itu hanya mimpiku saja?” tanya IU pada dirinya sendiri. “Terasa nyata bagiku..” gumamnya sambil mengambil tas selempangnya dan mengambil sepedanya yang terparkir di depan toko. Ia pun pergi dan meninggalkan toko roti.

~ END ~