Aku memakirkan sepedaku di depan sebuah toko roti. Dengan riang, aku melangkahkan kakiku menuju pintu masuk. Dengan cepat, aku mengeluarkan kunci dari tas selempangku dan membuka toko. Seperti telah diperintah, aku berjalan menuju lantai dua, dimana toko roti tempatku bekerja berada. Karena di lantai satu adalah toko baju dan sepatu. Begitu sampai di lantai dua, segera kubuka jendela dan membersihkan etalase, menyapu, mengepel dan mengganti tulisan CLOSE menjadi OPEN.
Aku melihat jam, masih jam delapan, toko ini buka pukul sembilan. Sepertinya aku kepagian. Aku pun menunggu teman – teman sambil memutar lagu yang segera menyemarakkan toko roti kecil ini. Aku melihat meja tamu, sepertinya ada yang belum kubersihkan. Ketika aku melewati jendela, aku melihat sesosok namja di apartemen sebelah toko. Aku memperhatikan namja itu, ia sedang berolah raga sambil mengangkat barbel dan melakukan sedikit pemanasan. Entah apa yang menarikku untuk berhenti dan menatap namja itu. Saking asyiknya menatap namja itu, aku tidak sadar bahwa namja itu berhenti melakukan kegiatannya dan berpaling menatapku. Begitu tersadar, aku kaget dan langsung bersembunyi di balik dinding.
Jantungku berdegup sangat kencang karena kaget. Aku tidak menduga bahwa namja itu akan mempergokiku. Aku memberanikan diri untuk mengintip. Namja itu tidak terlihat, sepertinya dia juga bersembunyi. Tangan namja itu menunjuk ke atas. Aku terkejut dan menunjuk diriku sendiri, apakah dia sedang menunjukku? Aku melihat sekeliling. Tidak ada apa – apa. Aku kembali menatap namja itu. Terlihat sebuah kertas putih bertuliskan ‘Who?’. Aku kembali bersembunyi, namja itu tahu kalau aku sedang menatapnya.
“Aaah… oddokae?” Aku jadi gelisah sendiri. Ini sangat memalukan. Aku mencari kertas untuk menuliskan sesuatu. Karena lamanya ia mencari kertas, namja itu mengeluarkan kertas lagi bertuliskan ‘Hello’.
Aku pun memberanikan diri untuk mengangkat kertas bertuliskan ‘Hi’. Kata aneh yang tiba – tiba keluar dari otakku saat ini. Aku mengintip sekali lagi. Namja itu tersenyum dan melambaikan tangan padaku. Aku tersenyum malu sambil membalas lambaian tangannya.
“Aaaah… tampan sekali dia…” seruku dalam hati.
Ia mengganti tulisan ‘Hello?’ dengan tulisan ‘2 June’ sambil menunjuk dadanya. Lee Joon. Pasti itu namanya. Aku mengambil kertas lagi dan menuliskan namaku. Ia memberi isyarat bahwa kertasku terbalik. Aku tertawa malu dan segera membalikkan kertas namaku. IU.
# (Joon part)
Aku berusaha menghilangkan rasa kesalku pada teman - temanku dengan mengangkat barbel di kamar. Mendadak mereka membatalkan janji untuk pergi ke gym, akhirnya aku hanya bisa berlatih di kamar sendirian. Sudah hampir sejam aku menghabiskan waktu berlatihku sendiri di kamar.
“Haah… jinja! Mereka benar – benar menyebalkan!” seruku sebal sambil terus mengangkat barbel.
Sejam kemudian, terdengar suara musik dari toko roti di lantai dua di seberang apartemenku. Seketika aku bersemangat, karena lagu yang sedang diputar di toko roti itu adalah lagu pop rock yang sedang digandrungi remaja – remaja saat ini. Saat sedang meletakkan barbel di meja, aku melihat sesosok yeoja sedang menatapku. Aku kaget dan segera bersembunyi, karena aku hanya memakai kaus dalam. Untung saja aku masih memakai kaus dalam, karena biasanya aku hanya bertelanjang dada dan hanya memakai celana training. Aku berjongkok untuk bersembuyi di bawah jendela.
Aku kembali mengintip yeoja itu, ia masih bersembunyi. Ketika ia kembali mengintip, aku menunjuk ke atas untuk mengalihkan perhatiannya, perhatiannya teralihkan, cepat - cepat aku mengambil sebuah kertas dan menuliskan sesuatu diatasnya.
Aku mengangkat kertas bertuliskan ‘Who?’. Yeoja itu kembali bersembunyi. Kenapa ia harus bersembunyi? Aku menunggu jawaban darinya. Hampir tiga menit tidak ada tanggapan, aku kembali menuliskan sesuatu di kertas lain. Karena jendela kamarku permanen, jadi aku tidak bisa berbicara dengannya. Hanya lewat kertas ini aku bisa berkomunikasi dengannya. Aku menunjukkan kertas betuliskan ‘Hello?’. Aku memberanikan diri untuk menunjukkan diriku. Tiba – tiba terlihat sebuah kertas bertuliskan ‘Hi’ dari yeoja itu sambil perlahan ia menujukkan dirinya. Yeoja itu sangat cantik. Rambutnya panjang terikat dua dengan poni yang membuatnya semakin manis. Aku melambaikan tangan padanya, ia membalasnya sambil tersenyum. Senyumnya juga sangat manis.
Aku membuang kertas bertuliskan ‘Hello?’ dan menggantinya dengan menuliskan namaku diatas kertas itu. 2 June. Itulah namaku, Lee Joon. Yeoja itu juga menuliskan sesuatu diatas kertasnya dan menunjukkannya padaku. UI.
Aku tertawa kecil, ia mengangkat kertasnya terbalik. Aku memberi isyarat bahwa kertasnya terbalik. Ia tersenyum lucu dan segera membalikkan kertasnya. IU.
IU, itulah nama yang terukir di kertas itu dan pikiranku. IU.
# (IU part)
Aku menyalakan lampu belajar di kamarku. Aku mulai membuka buku diary-ku dan menuliskan nama namja itu di buku diary-ku. Lee Joon. Aku tersenyum sendiri melihat nama itu ada di kertas buku diary-ku. Aku menggambar toko roti dan apartemennya serta gambaran dirinya, gambaran pertemuan kami tadi. Aku tersenyum melihatnya.
Aku berdiri dan menempelkan kertas – kertas yang aku gunakan untuk mengobrol dengannya tadi di dinding kamarku. Aku memandangnya dengan senyum. Semoga besok aku masih bisa bertemu dengannya.
Aku tersenyum memandang kertas warna – warni itu.
Keesokan harinya…
# (IU part)
Aku mengganti tulisan CLOSE dengan OPEN dan kembali ke beranda toko roti untuk merapikan bunga – bunga dalam pot. Sebuah pantulan sinar menggangguku. Aku menghalau sinar itu dengan tanganku.
Aku mencari arah sinar itu. Ternyata Joon yang membawa sinar itu. Aku melihatnya sedang memainkan kaca untuk membuatku silau. Aku merengut dan menghalau sinar itu. Aku pura – pura cemberut.
Joon mengeluarkan handphone-nya dan menunjukkannya padaku. Ia ingin meminta nomor teleponku. Aku menggeleng dan menyilangkan tanganku, aku mengatakan bahwa aku tidak punya handphone. Ia menghubungi sebuah nomor.
Aku mendengar suara telepon toko berdering. Aku melihatnya sedang menelpon. Aku menggeleng pelan.
Ia terlihat sebal, “Wae?” tanyanya dengan menggerakkan mulutnya.
Aku tertawa dan menggerakkan tanganku untuk memberitahu bahwa ia tidak bisa menggunakan telepon toko untuk berbincang dengannya. Karena bos akan marah jika tahu ia sedang menggunakan telepon. Dan itu berarti ia akan dipecat.
Joon terlihat sebal. Ia menutup slide ponselnya dengan gerakan lucu. Aku tersenyum dan mengeluarkan kertas bertuliskan ‘Thank’ sambil tersenyum malu – malu.
# (Joon part)
Aku kembali ke kamarku setelah selesai jogging. Ku lihat IU sedang merapikan tanaman di beranda toko. Aku menatapnya dengan kagum, wajahnya benar – benar manis. Aku mencari kaca untuk menarik perhatiannya. Aku mengarahkan sinar matahari ke arahnya. IU pun kaget dan berusaha untuk menghalau sinar matahari. Aku makin tertarik untuk menggodanya. Ia pun cemberut. Aku tertawa melihat wajah cemberutnya. IU berjalan menuju beranda toko untuk mengobrol denganku.
Aku menunjukkan ponselku padanya. Berharap dia akan memberikan nomor ponselnya padaku. Ia menggeleng dan memberikan tanda silang di dadanya. Aku masih tidak menyerah, aku menelpon ke toko roti tempatnya bekerja. Ia masih menggeleng dan memberi isyarat bahwa itu tidak berguna.
“Wae…?” tanyaku sebal.
IU tertawa melihatku sebal. Aku senang melihatnya tertawa, aku pun menutup flat ponselku dengan gerakan lucu. Ia makin tertawa, aku makin terpesona melihatnya tertawa padaku.
Ia mengeluarkan kertas lagi bertuliskan ‘Thank’. Aku tersenyum padanya. Perasaanku makin tertuju padanya.
# (IU part)
Aku kembali menempelkan kertas di kamarku. Aku tertawa sendiri melihat banyaknya kertas yang sudah aku habiskan hanya untuk berbicara dengan namja yang sama sekali belum pernah mengobrol denganku secara langsung.
Aku kembali ke meja belajar dan menggambar hati di sebuah kertas berwarna merah muda. Aku menimbang – nimbang. Apa aku harus mengatakan padanya bahwa aku suka padanya? Tapi aku kan belum pernah sekali pun mengobrol langsung dengannya. Aku jadi bimbang.
Lakukan, tidak, lakukan, tidak, lakukan, tidak.
Aku menggeleng kepalaku.
Lakukan! Aku harus menyatakan perasaanku padanya!
Hwaiting!
Keesokkan harinya…
# (IU part)
IU segera berlari ke arah beranda. Ia mencari – cari sosok Joon disana. Tiba – tiba Joon muncul dengan senyumnya yang manis. IU pun bernapas lega karena ia masih bisa bertemu dengan Joon.
Joon mengeluarkan kertas lagi bertuliskan ‘Show’ dan menunjuk ke arahku. Ia ingin melakukan sesuatu untukku. Aku memperhatikan apa yang dilakukannya. Ia menari – nari dengan gerakan lucu. Aku tertawa gembira. Ekspresinya benar – benar menggelikan. Aku bertepuk tangan dengan keras, karena dia terlihat sangat keren ketika ia mulai menggerakkan tubuhnya.
Aku mengambil kertas dan menuliskan ‘Wow’. Aku kembali bertepuk tangan sambil memberikan two tumbs up. Ia tersenyum padaku. Senyumnya sangat manis, aku benar – benar terpesona dibuatnya. Aku tidak sadar ada seorang pelanggan yang sebal padaku karena ia tidak dilayani, bahkan wafel pesanannya pun tidak aku berikan.
Ia kembali melakukan tarian untukku, aku makin terpukau. Seorang pelanggan melewatiku dan menatapku dengan aneh. Mungkin ia berpikir aku gila. Aku tidak peduli, aku benar - benar sedang menikmati pertunjukkan dari Joon. Joon berputar – putar sebentar dan akhirnya terjatuh karena gerakan tarinya. Aku makin tertawa dibuatnya.
Setelah terjatuh, lima menit kemudian, tidak nampak batang hidungnya. Ia tidak berdiri lagi. Aku mencari – cari sosoknya, ia tidak juga muncul. Aku pun menunggunya sampai sore, dan sosok Joon tidak juga muncul.
Aku pun pulang dengan perasaan kecewa.
# (Joon part)
Aku melihatnya di beranda. Aku pun segera muncul tiba – tiba, senyumnya kembali merekah. Aku mengambil kertas dan menuliskan ‘Show!’ dan menunjuk ke arahnya, aku ingin mengatakan bahwa aku ingin menari untuknya. Dia terus memperhatikanku. Aku mulai menari – nari, IU terlihat gembira. Terlihat dari tawanya yang tidak hilang dari wajah manisnya dan juga ia terus bertepuk tangan. Aku pun makin semangat untuk menari untuknya. IU mengangkat tulisan 'Wow' sambil memberiku dua jempol. Aku tersenyum melihatnya.
Aku berputar – putar dengan cepat. Aku tidak sadar bahwa di bawahku tergeletak sepatu roda. Aku menginjak sepatu roda itu dan akhirnya aku terpeleset ke lantai. Tanganku membentur lantai dengan keras dan kepalaku membentur dinding dengan keras. Aku kesakitan dan pandanganku mulai memudar.
Setelah itu, aku tidak sadar dengan apa yang terjadi padaku.
Keesokan harinya...
# (IU part)
Hujan mulai mengguyur bumi. Aku menatap ke arah beranda. Sosok Joon belum juga muncul. Ini sudah tiga hari aku tidak melihatnya.
“Kemana dia?” tanyaku pada diri sendiri sambil terus menatap ke arah apartemen Joon yang masih terlihat sepi. Aku terus menatap hujan diluar. Berharap Joon tiba – tiba muncul dan kembali menghiburku.
Tapi yang kulihat hanyalah air yang terus turun tanpa berhenti dan sebuah kamar kosong yang tidak terlihat tanda – tanda kehidupan.
Aku menghela napas kecewa. Rasa kesepian mulai merayap. Aku terus menatap hujan diluar. Di tanganku tergenggam kertas bergambar hati yang kubuat kemarin.
# (Joon part)
IU tersenyum padaku dengan memakai baju pengantin. Wajahnya yang manis makin terlihat cantik ketika ia tersenyum padaku. IU…
Aku membuka mataku perlahan. Sekejap rasa pusing mulai terasa. Kepalaku seperti dihantam seribu palu. Mataku pun terasa berat untuk dibuka. Ketika kesadaranku mulai terkumpul. Aku kembali mengingat – ingat apa yang terjadi padaku.
Yang terlintas di benakku adalah IU. Aku menari untuknya dan wajah IU yang terlihat gembira melihat tarianku. IU tertawa melihatku dan kemudian… aku terjatuh. Aku segera bangkit dengan sekuat tenaga dengan membawa botol infus. Aku melihat tanganku sudah dibalut. Sepertinya ada tulang yang retak. Aku berjalan menuju pintu keluar. Terlihat anak – anak kecil sedang bermain kertas warna – warni. Aku menatap kertas merah yang sedang dipegang oleh salah seorang anak kecil.
Aku segera meminta kertas itu pada anak kecil itu. Dan membuat sebuah bentuk untuk ku pasang di botol infusku.
Aku pun berlari dengan sekuat tenaga menuju toko roti. Aku bahkan lupa bahwa tanganku sedang dibalut dan tangan kananku membawa botol infus. Aku hanya ingin segera bertemu dengannya.
Harus!
Aku melihat toko roti di depan mataku. Dengan susah payah aku kembali berlari dan membuka pintu dan berlari ke lantai dua dimana IU berada. Aku segera menaiki tangga dengan berlari. Sesampainya di toko roti, aku segera berlari menuju beranda toko. Terlihat IU sedang duduk termenung di jendela. Ketika langkah kakiku berhenti berlari, IU menoleh ke arahku dan segera berdiri tiba – tiba. Senyumnya mulai merekah, menghiasi wajah manisnya. Aku lega melihatnya tersenyum padaku.
# (IU part)
Aku masih termenung di beranda toko sambil melihat kamar kosong di depan toko. Kamar itu, di kamar itu pikiranku sekarang. Kemana dia pergi? Sudah berhari – hari tidak muncul. Perasaan kesepian, takut dan kecewa mulai merayap di hatiku. Apa sesuatu terjadi padanya?
Apa yang harus aku lakukan?
Saat sedang memikirkan sosok Joon, terdengar suara langkah kaki mendekat. Aku menoleh. Joon berdiri dengan napas terengah – engah, seperti habis berlari. Aku berdiri kaget. Tangannya terlabut perban, sepertinya ia sedang terluka parah. Aku tersenyum padanya, tidak percaya bahwa dia sekarang sedang berada di depanku. Ia tersenyum padaku. Aku pun melangkahkan kakiku menuju ke arahnya. Kertas bergambar hati ku sembunyikan di balik punggungku.
Ia berjalan pelan ke arahku dan aku pun berjalan menuju ke arahnya. Kami berhenti ketika saling berhadapan satu sama lain. Ia menunjukkan tali perbannya yang bertuliskan IU. Ia mulai menggeser tali perbannya dan menunjukkan kata ‘like’ yang tertulis di perbannya. Ketika tali perbannya digeser, terbaca ‘I like U’. Aku tersenyum malu. Ia menunjukkan botol infusnya yang tertempel kertas merah berbentuk hati padaku. Perlahan aku pun menunjukkan kertas merah muda bergambar hati merah padanya.
Kami hanya saling tersenyum satu sama lain tanpa berkata apa – apa.
IU berdiri di depan Joon dengan memakai gaun pengantin. Joon pun memakai kemeja putih dan dasi kupu – kupu yang membuatnya makin tampan. IU tersenyum pada Joon dengan manis. Joon mulai mengangkat tangannya…
# (IU part)
Sebuah tangan membangunkanku dari tidur.
“Apa yang kau lakukan? Cepat tutup toko…” ujar Bos. Aku pun berdiri dan mengucek mataku. Aku bahkan tertidur di sela – sela kerjaku. Aku berjalan untuk mengganti papan OPEN menjadi CLOSE.
“Hmm…apa semua itu hanya mimpiku saja?” tanya IU pada dirinya sendiri. “Terasa nyata bagiku..” gumamnya sambil mengambil tas selempangnya dan mengambil sepedanya yang terparkir di depan toko. Ia pun pergi dan meninggalkan toko roti.
“Kenapa mereka membiarkanku di lantai seperti ini?” tanya Jessica sambil menggaruk kepalanya dengan wajah tolol. Ia bangkit dan berjalan keluar kamar. Dilihatnya Hyoyeon dan Sooyoung mengobrol di ruang makan. Taeyeon dan Seohyun di dapur sedang memasak, sedangkan Yoona kebagian memotong bawang saja.
“Ya, Yoon-ah!” teriak Taeyeon. “Kenapa kau mencincang bawang? Aku kan menyuruhmu untuk memotongnya saja, bukan mencincangnya!” teriak Taeyeon. Yoona memandang Taeyeon dengan wajah bego.
“Ahh… onnie. Yang penting aku kan sudah membantu.” kilah Yoona dengan nada manja.
“Kalau kau mau membantu, lebih baik kau mencuci sayur saja.” ujar Taeyeon.
“Ne…” Yoona berubah cerah. Dia langsung mengambil sayur yang tergeletak di meja dan membawanya ke wastafel. Dengan semangat Yoona mengambil sabun cair diatas wastafel dan mencucinya seperti mencuci baju, alhasil sayur yang dicucinya langsung hancur.
“Aaaa…!!! Onnie...!!!” teriak Seohyun panik. Taeyeon menoleh heran pada Seohyun lalu memalingkan wajahnya ke arah Yoona dengan cepat. Matanya langsung melotot melihat sayur di tangan Yoona yang acak – acakan.
“Ya! Im Yoon Ah!” teriak Taeyeon marah. Yoona memandang keduanya dengan heran.
“Waeyo?”
Jessica duduk di depan Sooyoung yang sedang menghabiskan kimbab-nya yang ke empat. Hyoyeon di depannya sibuk menggunting kukunya yang mulai panjang.
“Sica onnie! Kau mau kubuatkan kimbab?” tanya Seohyun.
“Baiklah, aku juga sedang lapar…” ujar Jessica sambil mengelus perutnya yang lapar.
“Tentu saja kau lapar, kau tidur selama sepuluh jam non-stop. Kami sudah berusaha membangunkanku, tapi kau masih saja tertidur. Jadi kami lempar saja kau ke lantai.” ujar Sooyoung santai.
Jessica mengelus kepalanya, “Pantas saja kepalaku sakit.” ujar Jessica sambil mengelus kepala bagian belakang.
“Kau merasakan sakit tapi tidak bangun? Wah… jinja…” sahut Sooyoung heran.
“Ya! Sooyoung-ah! Cepat tolong kami di dapur, Yoona mulai berbuat ulah!” teriak Taeyeon. Sooyoung segera menyelesaikan makannya dan beranjak ke dapur. Yoona merengut sambil duduk di sebelah Hyoyeon.
“Kau bantu aku mencuci saja, yuk! Matahari sedang terik, cucian pasti akan cepat kering. Yuk!” Hyoyeon beranjak dari duduknya dan mengajak Yoona ke teras belakang untuk mencuci baju.
Yuri menghirup napas panjang sambil duduk bersila di teras belakang. Hal pertama yang dilakukannya di pagi hari adalah yoga. Matanya terpejam dan sekujur tubuhnya sudah basah karena keringat. Tiba – tiba terdengar suara Hyoyeon dan Yoona yang sedang menjemur pakaian di teras belakang. Yuri terusik sebentar tapi lama kelamaan suara Hyoyeon dan Yoona makin keras dan membuyarkan konsentrasinya.
“Ya! Kalian!” teriak Yuri kesal. Yoona dan Hyoyeon menoleh heran.
“Mwo?” sahut keduanya heran.
“Kalian berisik sekali!” teriak Yuri kesal dan berdiri. Sambil mengambil handuk di kursi, Yuri masuk sambil mengelap keringatnya.
Hyoyeon dan Yoona saling pandang. Tiba – tiba Yuri datang sambil membawa setumpuk pakaian.
“Ya! Hyoyeon-ah!” panggil Yuri. Hyoyeon menoleh, Yuri meletakkan keranjang pakaiannya di depan Hyoyeon. “Bisa tolong kau cuci bajuku sekalian?” setelah meletakkan keranjang pakaiannya, Yuri masuk ke dalam sambil meneguk botol minumnya.
Hyoyeon geleng – geleng kepala. Yoona memeras baju dengan sekuat tenaga dan menjemurnya. Hyoyeon mulai mencuci baju – baju Yuri.
Tiffany dan Sunny baru datang dari berbelanja. Dilihatnya Jessica sedang makan kimbab. Tiffany meletakkan keranjang belanjanya di meja. Sunny langsung masuk kamar untuk berganti baju.
“Kemana yang lain?” tanya Fany.
“Yuri sedang mandi, Hyoyeon dan Yoona sedang mencuci baju, Sooyong membantu Taeyeon dan Seohyun memasak. Dan aku sedang makan…” ujar Jessica sambil melahap kimbap-nya.
“Kau baru bangun?” tanya Sunny yang keluar dengan baju rumahnya.
“Ne…” sahut Jessica.
“Wah, jinja. Kau sejak kemarin tidur dan baru sekarang bangun? Apakah kau sleeping beauty?” seru Fany.
“Tentu saja dia sleeping beauty. Dan Lee Donghae adalah pangeran yang menciumnya!” timpal Sunny.
“Ya! Kenapa kau membawa oppa-ku?” seru Jessica.
Sunny tertawa.“Oh, iya…tadi saat kemari, aku bertemu dengan Donghae oppa dan Eunhyuk oppa. Mereka juga baru belanja.”
“Jinjayo?” seru Jessica gembira. Lupa pada bimbapnya yang masih setengah. Dia segera meneguk air putih dan segera melesat keluar.
Sunny dan Tiffany menggeleng pelan.
Jessica berlari kecil setelah keluar dari lift. Terlihat Donghae dan Eunhyuk sedang mengobrol sambil menenteng keranjang belanjaannya.
“Oppa!” teriak Sica gembira. Donghae dan Eunhyuk menoleh kompak. Sica berlari kecil menuju ke arah Donghae dan membungkuk pelan ketika melihat Eunhyuk tertawa kecil melihatnya.
“Kau baru bangun tidur?” tanya Eunhyuk. Jessica melotot.
“Kalau begitu aku tinggalkan kalian berdua…” ujar Eunhyuk sambil menekan tombol lift. Setelah pintu litf terbuka, Eunhyuk melambaikan tangan pada Jessica. Jessica membalasnya. Begitu pintu lift tertutup, Jessica meraih lengan Donghae.
“Eh, bagaimana Eunhyuk oppa tahu kalau aku baru bangun tidur?” tanya Sica heran.
Donghae tertawa. “Lihat apa yang kau pakai sekarang…”
Sica menunduk melihat pakaian dan sandalnya. Piyama pink dan celana tidur selutut serta sandal kelinci lucu. Jessica meringis lalu menatap Donghae yang menahan tawanya.
Donghae menunggu Sica di depan dorm SNSD. Pintu terbuka, keluar Yoona dan Yuri yang sedang tertawa kecil membicarakan sesuatu. Mereka kaget ketika ada seseorang yang sedang menunggu di depan dorm mereka.
“Eh, mian…” Yuri membungkuk cepat. “Ah, oppa…” ujar Yuri melihat Donghae sedang tersenyum dan melambaikan tangannya pada mereka.
“Annyeong…”
Yuri dan Yoona ikut tersenyum. “Annyeong. Kau sedang menunggu Sica, ya?” tebak Yuri. Donghae tersenyum malu lalu mengangguk.
“Hmm, kau benar – benar kekasih yang setia. Tunggu saja sebentar lagi, Sica pasti akan keluar sebentar lagi.” ujar Yuri. Donghae mengangguk.
“Ne… arasso.”
“Kami pergi dulu…” ujar Yuri. Donghae mengangguk.
“Haseyo…” balas Donghae. Yuri dan Yoona melewati Donghae. Donghae kembali menunggu Sica sambil menyender di tembok.
Diam – diam Yoona menoleh ke belakang dan melihat Donghae yang sedang menerima telepon. Yoona memandang Donghae dengan wajah sedih lalu ikut berjalan dengan Yuri.
Yuri menyeruput teh hangatnya. Yoona di depannya minum jus jeruknya dalam diam. Yuri menatapnya.
“Yoona…” panggil Yuri. Yoona tersadar dari lamunannya.
“Ne?”
“Kau masih belum bisa melupakan Donghae-ppa?” tanya Yuri menyelidik.
“Kenapa onnie tanyakan itu?” tanya Yoona sambil memaksa untuk tersenyum.
“Wajahmu selalu berubah saat melihat Donghae-ppa.”
“Terlihat seperti pungguk merindukan bulan.” ujar Yuri.
“Onnie…” rajuk Yoona. Yuri menghela napas dan meletakkan cangkir tehnya.
“Lupakan Donghae-ppa. Dia sudah mempunyai tambatan hatinya, yaitu Jessica. Saudara kita sendiri. Kau mau merusak persaudaraan kita hanya karena satu namja?”
Yoona mendengus kesal, “Kenapa harus aku yang selalu mengalah? Kenapa harus aku yang harus selalu mengerti? Kenapa mereka berdua harus bersama di saat aku benar - benar menginginkan Donghae-ppa?” ujar Yoona sedikit berteriak.
Yuri tertegun melihat Yoona. Air mata Yoona menetes perlahan.
Kibum berjalan menuju dorm Super Junior. Matanya menatap dinding yang penuh dengan tulisan ELF. Kibum tersenyum penuh kebahagiaan.
Tiba – tiba pintu terbuka dan terdengar suara Yesung yang sedang berteriak.
“Wookie! Tolong ambilkan jaketku di kamar!” teriak Yesung. Kibum tersenyum. Yesung menoleh dan melotot.
“Waaah… apakah ini benar – benar kau?” tanya Yesung. Kibum tersenyum. “Wah, selamat datang kembali!” seru Yesung gembira sambil memeluk Kibum sekali lagi.
Yoona dan Yuri kembali ke dorm setelah makan siang. Di tengah jalan, mereka bertemu Kibum sedang jalan bersama Ryeowook dan Yesung. Yuri dan Yoona berhenti.
“Ah, Kibum-ppa!” seru Yuri dan Yoona. Ketiga member SuJu tersebut berhenti berjalan dan melihat Yuri dan Yoona berlari menghampirinya.
“Kibum-ppa, kau sudah kembali?” tanya Yuri.
“Ne, lama sekali aku tidak kemari, rasanya sudah banyak yang berubah.” Kibum menoleh pada Yoona.
“Yoona-sshi. Annyeong haseyo…” ujar Kibum. Yoona tersenyum dan membungkuk.
“Annyeong haseyo, oppa. Lama tidak bertemu…” ujar Yoona. Kibum tersenyum.
“Kibummie… kami harus segera pergi sekarang.” ujar Ryeowook. Kibum mengangguk. Ryeowok dan Yesung pun pergi setelah berpamitan pada Yuri dan Yoona.
Tiba – tiba ponsel Yuri berbunyi.
Give it to me…
So many boys wanna give it to me
But I want you boy, give it to me
Cause I'm so ready boy, give it to me
So many boys wanna give it to me
But I want you boy, give it to me
Cause I'm so ready boy, give it to me… (Boyfriend – SNSD)
“Permisi…” Yuri berjalan menjauh sambil menjawab panggilan teleponnya. “Yeoboseyo?” Yuri masuk ke dalam dorm lebih dulu sambil berbicara. Tinggal Yoona dan Kibum berdiri berhadapan.
“Ne? Anni…” Yoona menunduk. Kibum membungkuk dan melihat wajah Yoona agar lebih jelas. Terlihat Yoona menahan air matanya. Kibum menegakkan badannya dan menghela napas panjang.
“Terlihat jelas kau belum bisa melupakannya.”
Yoona menghapus air matanya yang akan keluar. Yoona mengangkat wajahnya dan Kibum tiba – tiba memeluknya.
“Kenapa kau masih belum bisa melupakannya setelah waktu sudah lama berlalu?” tanya Kibum seperti bertanya pada dirinya sendiri.
Yoona menangis makin menjadi. Kibum mengelus kepala Yoona untuk menenangkannya.
Donghae dan Jessica terlihat sedang makan siang di kafe. Donghae makan ikan laut dengan nikmatnya. Jessica di depannya melamun, tangannya mengaduk – aduk pasta yang dipesannya tanpa sadar. Donghae menghentikan kegiatan makannya.
“Kau kenapa?” tanya Donghae.
Jessica tersadar. “Ah, annio…” jawab Jessica kembali melahap santapannya dengan pelan.
“Dari tadi kulihat kau hanya melamun. Kau sedang ada masalah?” tanya Donghae sambil menggenggam tangan Jessica.
“Anni… aku hanya sedikit pusing karena terlalu lama tidur.” ujar Jessica berbohong.
Donghae menatap wajah kekasihnya. Jessica jadi tidak nyaman dilihat sedalam itu oleh Donghae.
“Aku hanya…” Sica menggantungkan ucapannya.
Donghae menunggu ucapan Sica selanjutnya.
“…hanya tidak nyaman dengan hubungan kita. Kau tahu, kan? Banyak yang begitu menginginkanmu untuk menjadi pendamping mereka.” ujar Sica. Termasuk Yoona, sahabatku. Timpal Sica dalam hati.
“Apakah, kau tidak nyaman berhubungan denganku?” tanya Donghae yang terlihat kecewa mendengar pernyataan Sica. Sica jadi salah tingkah dan kembali menggenggam tangan Donghae yang hendak melepasnya.
“Oppa… maksudku, aku hanya takut nanti akan orang lain yang kecewa dengan hubungan kita…” ujar Sica meyakinkan Donghae.
Donghae tersenyum lalu kembali menggenggam tangan Sica, kini kedua tangan Sica sudah berada dalam genggamannya.
“Aku sudah memilihmu untuk menjadi pendampingku. Aku yakin jika kita bahagia, orang lain juga akan bahagia karena kita. Aku yakin itu.” ujar Donghae menenangkan Jessica.
Jessica hanya tersenyum dan menatap Donghae, “Gomawoyo…”
Donghae tersenyum manis.
Yoona membalikkan badannya dengan cepat saat melihat Donghae menggenggam tangan Jessica. Yoona berdiri menghadap Kibum yang juga ikut melihat kejadian itu. Kibum ingin mengatakan sesuatu pada Yoona. Yoona menolak dan segera melarikan diri ke arah lift.
“Yoona…!” Kibum mengejarnya.
Yoona menekan tombol lift dan berdiri sambil menahan air matanya. Begitu lift terbuka, Yoona segera masuk. Ketika pintu lift hendak tertutup, ada sebuah tangan yang menahan pintu lift. Kibum masuk dan berdiri di sebelah Yoona.
“Gwechana?” tanya Kibum. Yoona tidak menjawab hanya diam bersandar di dinding lift sambil menangis.
“Apakah kau sesedih itu ketika melihat mereka?” tanya Kibum. Yoona tidak menjawab. Kibum ikut bersandar pada dinding lift. “Aku pun sesedih itu ketika melihatmu menangis karena Donghae hyung…”
Yoona berhenti menangis dan menatap Kibum. Kibum melihatnya.
“Mworago?” tanya Yoona.
Kibum melihat mata Yoona yang berair. “Saranghae…”
Yoona melotot lebar. Kibum menatapnya dalam. Mereka saling menatap untuk beberapa detik.
Tiba – tiba lift berhenti mendadak. Mereka berdua terguncang sejenak dan saling memegang pegangan lift bersamaan.
Yoona duduk selanjar di sebelah Kibum yang juga duduk berselanjar. Mereka sama – sama diam.
“Sampai kapan kita akan terjebak di lift ini?” tanya Yoona pelan.
“Entahlah. Seseorang pasti akan menolong kita.” ujar Kibum yakin. Yoona menghela napas panjang. Keringat memenuhi keningnya. Kibum mengerutkan keningnya dan menempelkan tangan di dahi Yoona.
“Kau demam?!” tanya Kibum. Yoona melihat Kibum dengan wajah lemah dan memegang dahinya sendiri.
“Aku memang sedikit kedinginan. Mungkin karena sudah malam…” Dilihatnya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. “Wah, sudah jam sembilan malam. Mereka pasti khawatir.” ujar Yoona sambil mengambil handphone-nya, “Tidak ada sinyal…” ujarnya sambil meletakkan handphone-nya di lantai lift.
Kibum pun mengeluarkan handphone-nya juga, tetapi handphone-nya juga tidak mendapatkan sinyal, berdecak kesal sambil meletakkan handphone-nya di sebelah handphone Yoona. Yoona memeluk tubuhnya sendiri dengan tubuh menggigil. Kibum yang melihatnya langsung melepaskan jaketnya dan meletakkannya di badan Yoona.
“Oppa…”
“Kau tidak usah banyak bicara. Tidurlah…” ujar Kibum sambil meletakkan kepala Yoona di bahunya. Yoona mulai terlelap, Kibum terus menyelimuti Yoona dengan jaketnya agar tidak kedinginan lagi. Kibum memegang dahi Yoona. Masih panas. Yoona bergerak sedikit, sehingga Kibum harus menahannya agar tidak jatuh.
“Donghae oppa…” gigau Yoona dalam tidurnya. “Oppa, saranghae…” Yoona menangis dalam tidurnya. Kibum yang mendengarnya hanya bisa menghela napas. “Kenapa oppa tidak pernah mempedulikan perasaanku? Aku sudah lama menginginkanmu tapi kau malah berpaling ke arah lain sehingga aku tidak mampu melihatmu lagi…”
Kibum memeluk Yoona lebih erat dan menghapus air mata Yoona yang masih saja menggigau. Yoona terus menangis dan Kibum terus menghapus air matanya dan memeluknya lebih erat lagi.
“Kau tidak ada saat aku ingin mengucapkan selamat tinggal dan kau tidak terlalu gembira ketika bertemu denganku tadi. Padahal aku sudah lama ingin melihatmu menyambutku dengan gembira.” ujar Kibum jujur. “Apalagi yang harus aku lakukan agar kau mau menerimaku?” tanya Kibum. “Eoddeoke?”
Yoona masih terlelap dalam tidurnya. Kibum pun lama kelamaan mengantuk dan akhirnya ikut tertidur.
Pintu lift terbuka. Cahaya yang masuk cukup menyilaukan mata Kibum yang baru bangun.
“Kibummie? Kau disini?” tanya seseorang yang ternyata Leeteuk. Kibum mengucek matanya.
“Ne, hyung. Kemarin kami terjebak disini karena tiba – tiba lift mati.” ujar Kibum. Leeteuk melihat ke arah Yoona yang masih terlelap di pundak Kibum.
“Dia bersamamu semalam?” tanya Leeteuk. Kibum menoleh ke arah Yoona yang masih terlelap lalu mengangguk.
“Sepertinya dia demam, badannya panas sekali sejak semalam…” ujar Kibum khawatir.
“Kalau begitu, kau antar dia ke dorm-nya. Sejak kemarin Taeyeon mencarinya, semua member terlihat cemas.”
“Ne, hyung.” Kibum mengambil handphone Yoona dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya yang dipakai Yoona. Kibum pelan – pelan menggendong Yoona di punggungnya. Yoona masih terlelap dalam tidurnya. Kibum pun keluar sambil menggendong Yoona di punggungnya. Leeteuk menyingkir agar tidak terjadi tabrakan.
“Hati – hati.” ujar Leeteuk lalu masuk ke dalam lift. Saat melangkah, kaki Leeteuk menendang sesuatu. Leeteuk menunduk dan mengambil ponsel yang tertendang tadi.
“Bukankah ini milik Kibum?” tanya Leeteuk.
Kibum meletakkan Yoona di ranjang. Yuri datang sambil membawa handuk kecil dan baskom kecil berisi es batu dan air dingin. Yuri mencelupkan handuk kecil ke dalam baskom berisi air dingin lalu memerasnya dan menempelkannya di dahi Yoona. Yuri menyelimuti Yoona dengan selimut tebal.
“Gomawo, oppa…” ujar Yuri. Kibum tersenyum. Yoona sudah nyaman di ranjangnya. Yuri dan Kibum pun keluar kamar.
“Mian, membuat kalian cemas.” ujar Kibum sambil membungkuk meminta maaf pada member lainnya.
“Ini kan bukan kesalahan oppa. Justru kami berterimakasih karena oppa sudah menjaga Yoona.” ujar Taeyeon.
“Ne, cheoman. Kalau begitu, aku pulang dulu…” ujar Kibum.
“Ne. Yuri-ah, tolong kau antarkan oppa… aku mau memasakkan bubur untuk Yoona.” pinta Taeyeon.
Yuri pun mengantarkan Kibum ke depan. Begitu sampai di depan dorm, Kibum berbicara dengan Yuri.
“Oppa, kau sudah tahu kan kalau Yoona masih belum bisa melupakan Donghae-ppa.” ujar Yuri. Mereka berjalan menuju lift.
“Ne, arraso.”
Mereka berhenti di depan lift. Kibum menekan tombol lift dan menunggu pintu lift terbuka.
“Kau… masih tetap akan menunggu Yoona?” tanya Yuri. Kibum menaikkan bahunya pelan sambil memasukkan tangannya ke saku.
“Hhhh… aku bingung dengan hubungan kalian berempat.” ujar Yuri sambil geleng – geleng kepala heran. “Kau menyukai Yoona, Yoona menyukai Donghae-ppa, Donghae-ppa menyukai Jessica. Wah benar – benar rumit.”
Kibum menghela napas panjang. Pintu lift terbuka dan muncul wajah Leeteuk.
“Ah, Kibummie…” ujar Leeteuk sambil menahan pintu lift. “Ini ponselmu, kan?” tanya Leeteuk sambil menyerahkan ponsel berwarna silver. “Aku lihat ini tergeletak di lantai lift. Mungkin terjatuh saat kau menggendong Yoona tadi.” Kibum menerimanya.
“Gomawo, hyung…” ujar Kibum sambil memasukkan ponsel ke dalam saku celananya.
Yoona terbangun dari tidurnya dan memandang sekeliling. Kenapa dirinya disini? Yoona bangun dan melihat handuk kecil yang basah jatuh dari dahinya. Yoona memegang dahinya, sudah tidak sepanas kemarin. Yoona melepaskan selimut dan tercekat sejenak, jaket ini…
“Ini kan jaket Kibum-ppa…” Yoona tersentak lalu merogoh saku celananya. Yoona meraba – raba celananya, ponselnya tidak ada. Dia mulai panik dan mulai mengacak – acak ranjangnya. Dirabanya saku jaket Kibum, ada sebuah ponsel di saku jaketnya. Yoona segera mengambilnya dan bernapas lega karena telah menemukan ponselnya. Matanya mengerut kening ketika melihat wallpaper ponselnya. Terlihat jelas gambaran dirinya sedang tersenyum lebar. Ini bukan ponselnya.
Memang ponsel itu sama dengan miliknya, tetapi wallpaper-nya bukan gambar Donghae seperti miliknya tapi gambar dirinya. Yoona melihat daftar nama di dalamnya. Kebanyakan nomor disitu sama dengan daftar nama di ponselnya.
“Pasti tertukar dengan ponsel Kibum-ppa.” yakin Yoona. Yoona mengibaskan selimutnya dan turun dari ranjang. Terlihat Sooyoung berjalan menuju kamarnya sambil membawa bubur.
“Ah, Yoon-ah. Kau sudah baikan? Taeyeon onnie baru saja membuatkan bubur untukmu.” ujar Sooyoung sambil membawa bubur dan gelas berisi air putih.
“Sooyoung-ah, apakah Kibum-ppa yang mengantarkanku kesini?” tanya Yoona.
“Ne, bahkan Kibum-ppa yang menggendongmu kesini supaya kau tidak perlu bangun.” Sooyoung meletakkan bubur diatas meja ketika Yoona menarik kursi dan duduk. “Makanlah,”
“Aku harus ke rumah Kibum-ppa untuk mengantarkan ponselnya. Aku tidak sengaja mengambil ponselnya ketika kami terjebak di lift.” ujar Yoona sambil meniup bubur yang masih panas. Sooyoung duduk di sebelahnya sambil melihat isi ponsel Kibum.
“Hei, jangan sembarang mengambil barang orang…” ujar Yoona sambil meniup buburnya.
“Wah, kenapa banyak sekali fotomu disini? Kau terlalu narsis sampai – sampai hanya ada foto – fotomu disini…” ujar Sooyoung.
“Mworago?” tanya Yoona sambil merebut ponsel Kibum. Ternyata hampir semua foto di dalamnya adalah dirinya. Sepertinya foto – foto ini diambil tanpa diketahui, karena tidak ada satu pun gambar dirinya yang menyadari kamera.
Yoona mengingat – ingat ucapan Kibum saat di lift, “Saranghae…”. Diingatnya bahwa selama ini Kibum berusaha untuk menghiburnya ketika dirinya sedih saat mengetahui Donghae dan Jessica menjalin hubungan, meskipun itu hanya melalui telepon.
“Kibum-ppa kelihatannya sangat perhatian padamu…” ujar Sooyoung. “Aku lihat dia khawatir saat tahu kau demam.”
Yoona makan dalam diam sambil merenungi sesuatu.
Kibum merapikan rak bukunya sambil mendengarkan lagu Michael Jakcson dari CD player-nya. Tiba – tiba terdengar suara ponsel yang tidak dia kenal. Kibum mencari – cari asal suaranya dan suara itu berasal dari ponselnya. Kibum mengerutkan keningnya dengan heran, karena nada dering ponselnya tidak seperti itu. Kibum tidak berani mengangkatnya sampai panggilan berakhir.
“Siapa ini?” tanya Kibum heran lalu membuka flap ponselnya. Matanya melotot begitu tahu wallpaper ponselnya adalah gambar Donghae. Kibum membuka daftar nama di ponsel itu, kebanyakan sama seperti daftar nama di ponselnya.
“Ah! Ini milik Yoona!” teriak Kibum pelan. “Lalu, dimana ponselku?” tanya Kibum mengingat – ingat, “Ah! Jaketku!”
Eomma Kibum mengetuk pintu sebentar lalu membuka pintu kamar anaknya.
“Kibum, ada Yoona sedang mencarimu.”
“Yoona?” Kibum tersentak kaget, “Ne, arasso…” Kibum segera mengganti kaus oblongnya dengan kaus lain yang lebih rapi. Kibum mengambil ponsel Yoona.
Yoona duduk di teras rumah Kibum sambil melihat kebun milik eomma Kibum. Eomma Kibum keluar sambil membawa segelas teh hangat.
“Yoona.” panggil eomma Kibum.
Yoona berdiri sambil membantu membawa nampan dan meletakkannya di meja. Eomma Kibum duduk di sebelah Yoona.
“Kau yang bernama Yoona? Im Yoon Ah?” tanya eomma Kibum sambil memperhatikanku sambil tersenyum manis. Eomma Kibum benar – benar orang yang cantik.
“Ne, ahjumma.” jawab Yoona sopan.
“Ku dengar, kemarin kau sakit demam…” ujar eomma Kibum.
“Ne, tapi sekarang sudah baikan.”
Eomma Kibum tersenyum sambil menatap Yoona. “Kibum sering bercerita tentangmu.”
“Kibum-ppa cerita tentang saya?” tanya Yoona.
“Ye, dia bilang kau orangnya baik, cantik dan ramah.” ujar eomma Kibum. Yoona tersenyum manis. Apa Kibum-ppa juga cerita tentang yang jelek – jelek tentangku? “Tapi Kibum bilang, kau tidak bisa memasak…” ujar eomma Kibum.
Yoona tersipu malu, tebakannya benar. “Ne, saya memang tidak bisa memasak. Tapi saya biasa membantu member lain melakukan pekerjaan rumah, yah… kecuali memasak.” ujar Yoona malu.
Eomma Kibum tertawa kecil, “Ahjumma juga sepertimu ketika muda.” ceritanya mengenang masa mudanya. “Tetapi ketika ahjumma menikah, secara tidak langsung, ahjumma bisa memasak. Dan Kibum paling suka dengan masakan ahjumma.”
“Jeongmalyo? Kalau begitu aku bisa belajar memasak dari ahjumma.” ujar Yoona.
“Tentu saja, datanglah kesini jika kau ada waktu.”
“Ne, ahjumma…” seru Yoona senang. Kibum tersenyum di balik korden sambil tersenyum melihat kedekatan eomma-nya dan Yoona.
Kibum dan Yoona duduk berdampingan. Yoona menyerahkan ponsel dan jaket Kibum.
“Ini punya oppa, kan?” ujar Yoona. Kibum melihat jaket dan ponselnya di tangan Yoona.
“Ya, itu milikku. Gomawoyo…” ujar Kibum sambil tersenyum. Kibum merogoh saku celananya dan mengambil ponsel Yoona. “Dan, ini milikmu…” ujar Kibum. Yoona mengambil ponsel dari tangan Kibum.
“Gomawoyo…” Yoona dan Kibum kembali diam tanpa mengucapkan satu kalimat pun.
“Gomawo, karena oppa sudah mengantarku ke dorm. Kenapa oppa tidak membangunkanku saja?” tanya Yoona.
“Demammu sangat tinggi, aku tidak berani membangunkanmu. Apakah kau sudah baikan sekarang?”
Yoona tersenyum kecil lalu mengangguk. Kibum menghela napas lega.
“Baguslah kalau begitu.”
Mereka diam untuk beberapa saat.
“Oppa, kau sering memotretku?” tanya Yoona. Kibum menoleh. Yoona jadi salah tingkah. “Ah, jangan salah paham. Sooyoung membuka ponselmu dan melihat foto – foto di dalamnya.” ujar Yoona. Kibum tersenyum.
“Mianhae, aku memotretmu tanpa ijin.”
“Kenapa kau minta maaf? Hasil fotomu bagus – bagus. Dan seharusnya aku yang minta maaf karena melihat ponselmu tanpa ijin…”
Mereka kembali terdiam. “Yoona-sshi…” panggil Kibum. Yoona menoleh, dilihatnya Kibum sedang menatapnya dalam. Yoona jadi salah tingkah.
“Ne, oppa?” tanya Yoona. Kibum tersadar dari lamunannya.
“Kau… mau jalan – jalan denganku?” tanya Kibum.
Yoona melebarkan matanya dan tersenyum. “Ne…”
Kibum pun masuk sebentar untuk mengambil kunci mobilnya dan segera mengeluarkan mobilnya dari garasi.
Yoona dan Kibum duduk diam di bangku mobil sambil mendengarkan lagu dari radio mobil Kibum.
“Kita mau kemana, oppa?” tanya Yoona sambil mengalihkan perhatiannya dari jalanan ke arah Kibum. Kibum tersenyum sambil tetap fokus menyetir.
“Kau akan tahu nanti…” ujar Kibum sambil tersenyum. Yoona pun kembali diam dan menunggu.
Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di salah satu tempat yang biasanya digunakan untuk keperluan syuting film – film laga. Yoona terperangah sejenak karena sejak dulu, dia ingin merasakan suasana di lokasi film laga. Kibum keluar menyusul Yoona yang sudah keluar duluan karena takjub.
“Oppa…” Yoona menatap Kibum dengan gembira. “Aku boleh menunggang kuda, kan?” tanya Yoona.
“Kau bisa menunggang kuda?” tanya Kibum. Yoona terdiam sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal lalu menggeleng pelan. Kibum tersenyum lalu memasang alarm mobilnya. “Aja!”
Yoona memandang Kibum yang berjalan duluan. Yoona menyusulnya kemudian.
Terlihat beberapa crew yang baru saja menyelesaikan syuting. Beberapa crew menyapa Kibum, sepertinya mereka sudah saling kenal. Selama Kibum mengobrol dengan seorang crew, Yoona memandang sekeliling dengan takjub. Sudah lama ia ingin kesini, tapi tidak sempat karena jadwal manggung dan drama.
Yoona berjalan berkeliling untuk melihat suasana. Suasana syuting mulai sepi karena beberapa properti sudah diangkut dan suasana kembali seperti biasa. Saat sedang berkeliling, terdengar suara langkah kuda. Yoona menoleh, terlihat Kibum sedang menunggang kuda dan tersenyum ke arahnya. Yoona memandangnya senang.
“Kau bisa menunggang kuda?!” seru Yoona surprise. Kibum turun dari kuda dan berjalan menuju tempat Yoona berdiri.
“Kau mau mencobanya?” tanya Kibum sambil menarik tangan Yoona.
“Eh, jangkaman!” Yoona berontak tapi Kibum malah menggendongnya dan menaikkan Yoona keatas kuda. Yoona tercekat karena dia sudah duduk diatas punggung kuda. Kibum lalu ikut naik keatas kuda dibelakang Yoona.
“Ayo, jalan…” Kibum menendang kuda pelan dan kuda pun berjalan dengan pelan. Yoona berteriak kecil karena takut lalu tertawa senang.
“Waah.. aku naik kuda!” ujar Yoona girang. Kibum tersenyum manis sambil memegang kendali jalannya kuda.
Mereka pun berjalan – jalan mengelilingi area hiburan itu sambil bersenang – senang. Setelah itu, mereka saling berfoto satu sama lain dan sesekali meminta seseorang untuk memotret mereka berdua.
Yoona melahap es krimnya dengan gembira. Kibum di depannya ikut senang karena sepertinya Yoona melupakan kesedihannya.
“Kau senang hari ini?” tanya Kibum.
“Tentu saja! Sejak dulu aku ingin sekali menunggang kuda. Kita sudah banyak menghabiskan waktu disana! Benar – benar keren! Aku seperti sedang main drama laga…” ujar Yoona berapi – api.
Kibum tersenyum senang. Untuk sementara dia tidak akan membicarakan tentang Donghae dan perasaannya supaya tidak merusak suasana hati Yoona yang sedang senang.
“Kau sering ke tempat itu?” tanya Yoona.
“Tidak, hanya aku pernah syuting di tempat itu. Dan kebetulan, aku kenal beberapa crew disana.”
“Wah, aku juga ingin syuting di tempat itu…! Pasti menyenangkan…” seru Yoona bersemangat.
Saat sedang menikmati es krimnya, terlihat Donghae dan Jessica datang dan memesan es krim di dekat meja mereka. Yoona yang hafal dengan suara Donghae langsung terdiam dan menoleh. Kebetulan Jessica juga melihat Yoona langsung menyapanya.
“Ah, Yoon-ah!” panggil Jessica. Donghae ikut menoleh. Yoona tersenyum tipis. Jessica menyuruh Donghae untuk duduk bersama mereka. Kibum berdiri dan pindah duduk di sebelah Yoona. Jessica dan Donghae duduk di seberang mereka.
“Kalian disini juga?” seru Jessica girang. “Aku dengar kau ke rumah Kibum-ppa…” ujar Jessica pada Yoona.
“Ne, onnie… aku memang ke rumah Kibum-ppa untuk mengantarkan ponsel kami yang tertukar. Lalu dia mengajakku jalan – jalan sebentar.”
“Kalian darimana?” tanya Kibum pada Donghae.
“Kami hanya jalan – jalan sekitar sini saja untuk menghilangkan bosan.”
Kibum melihat Yoona yang masih mengaduk es krimnya yang sudah leleh. Kibum memegang tangan Yoona yang berada di bawah meja. Yoona menatap tangan Kibum yang memegang tangannya. Kibum tidak melihat Yoona dan asyik bercerita dengan Donghae. Jessica yang melihat tatapan Yoona pada Kibum.
“Yoon-ah…” panggi Jessica pelan. Yoona pun tersentak sebentar dan memandang Jessica.
“Ne, tapi sekarang sudah baikan. Mungkin kalau kami tertahan di lift lebih lama lagi, demamku tidak akan sembuh.” ujar Yoona.
“Kau tidak apa – apa minum es? Apa lebih baik kupesankan teh lemon hangat untukmu?” tawar Jessica. Yoona tersenyum, Jessica masih perhatian padanya.
“Baiklah…” ujar Yoona. Jessica memanggil waiterss dan memesan dua teh lemon hangat. Yoona tersenyum. Hubungannya dengan Jessica kembali seperti dulu tanpa ada rasa canggung lagi.
Kibum yang melihat Yoona sedang mengobrol akrab dengan Jessica ikut senang. Tangan Yoona menggenggam tangannya erat. Kibum memandang tangannya yang digenggam erat oleh Yoona. Kibum yakin hari ini Yoona benar – benar senang karena tangannya hampir memerah karena digenggam terlalu erat oleh Yoona.
Mereka berpisah di depan kafe es krim. Donghae membukakan pintu mobil untuk Jessica. Jessica pun masuk dan membuka jendela mobil agar dapat melihat Yoona dan Kibum.
“Kalian mau kemana setelah ini?” tanya Jessica. Kibum dan Yoona saling pandang.
“Entahlah… mungkin kami harus ke suatu tempat agar kami cepat akrab.” jawab Kibum tertawa. Yoona dan Jessica ikut tertawa. Donghae menyalakan mesin.
“Kami duluan, ya…” ujar Jessica. Donghae melambaikan tangan. Yoona dan Kibum membalas lambaian tangan Donghae. Pasangan kekasih itu pun pergi meninggalkan Yoona dan Kibum.
Jessica melihat pantulan gambar Kibum yang sedang membukakan pintu mobil untuk Yoona. Senyumnya terkembang lebar.
“Kenapa kau tersenyum?” tanya Donghae. Jessica menoleh pada Donghae yang sedang memandangnya.
“Oppa… apakah menurutmu mereka berdua adalah pasangan yang cocok?” tanya Jessica.
“Siapa? Kibum dan Yoona? Ne, menurutku mereka berdua cocok…” jawab Donghae setuju.
“Oppa, aku serius… karena sepertinya Yoona menyukaimu.” ujar Jessica pelan. Donghae menoleh pelan.
“Apakah karena Yoona menyukai jadi aku harus menyukainya juga?” tanya Donghae.
“Bukan seperti itu…” ujar Jessica.
“Lalu?”
Jessica diam sambil menunduk dan memandang ke arah lain. Donghae menatap wajah kekasihnya yang murung. Donghae meraih tangan Jessica dengan tangan kanannya yang tidak memegang setir. Jessica menoleh.
“Kau percaya padaku, kan?” tanya Donghae. Jessica tersenyum lalu mengangguk pelan. Donghae tersenyum pada Jessica dan kembali menatap jalanan.
Kibum dan Yoona sampai di sebuah pantai yang terlihat tenang dan damai. Yoona dan Kibum melepaskan sepatu mereka dan berjalan bertelanjang kaki menyusuri pasir pantai yang hangat. Dengan sajian suara ombak dan desiran angin pantai, kaki mereka telah basah oleh air pantai.
Yoona memainkan kakinya di air sehingga airnya mengenai wajah Kibum. Kibum pun membalasnya dengan mencipratkan air dengan tangannya. Mereka pun saling mencipratkan air.
“Kau senang hari ini?” tanya Kibum sedikit berteriak karena deburan ombak sangat keras sehingga menimbulkan suara yang keras.
“Tentu saja aku senang! Aku bisa menunggang kuda untuk pertama kali, aku bisa ke pantai denganmu dan aku sudah bisa merelakan Donghae-ppa…” ujar Yoona. Kibum tersenyum.
Yoona kembali berjalan menyusuri pantai. Kibum ikut berjalan di sebelahnya.
“Mwo?” tanya Kibum. Yoona tersenyum manis dan menggenggam tangan Kibum sekali lagi. Kibum tersentak kaget.
“Bisakah aku belajar untuk lebih dari sekedar menganggumimu?” tanya Yoona. Kibum tersenyum lalu memeluk Yoona.
“Tentu saja…” jawab Kibum kemudian.
Yoona tersenyum bahagia. Kibum memegang kedua tangan Yoona dengan erat, Yoona juga tersenyum melihat wajah Kibum yang cerah seketika.
Yoona sampai di depan dormnya dengan diantar Kibum. Kibum menunggu Yoona masuk.
“Untuk semua yang kau lakukan hari ini, aku ucapkan terima kasih…” ujar Yoona. Kibum memegang bahu Yoona dan mencium kening Yoona. Yoona tersentak kaget.
“Oppa…” Yoona kehabisan kata – kata.
“Selamat malam. Sampai bertemu besok…” ujar Kibum tersenyum dan melambaikan tangan pada Yoona. Yoona membalas lambaian tangan Kibum. Di tengah perjalanan, Kibum bertemu Donghae yang sedang mengantarkan Jessica ke dorm SNSD.
“Hei, Hyung…” sapa Kibum ceria. Donghae dan Jessica hanya bengong melihat Kibum senyum – senyum sendiri. Donghae dan Jessica saling pandang dengan heran.
Ketika Yoona akan memasuki dorm, dilihatnya Jessica dan Donghae datang. Yoona pun menyapa mereka terlebih dahulu.
“Onnie, oppa…” sapa Yoona. Jessica dan Donghae tersenyum pada Yoona.
“Kau baru sampai?” tanya Donghae. Yoona mengangguk.
“Kibum-ppa yang mengantarkanku. Kalau begitu aku masuk dulu, ya. Selamat malam, oppa…”
Yoona masuk ke dalam dormnya dan menutup pintu. Jessica dan Donghae tersenyum melihat tingkah Yoona dan Kibum yang sama – sama terlihat senyum – senyum sendiri.
“Seperti saat aku pertama kali menyatakan cinta padamu…” tambah Donghae.
Jessica tertawa kecil lalu tersenyum, Donghae memeluk Jessica dan mencium keningnya.
“Selamat malam, sampai jumpa besok…” ujarnya lalu pulang sambil melambaikan tangan.
Jessica melihat kepergian Donghae sampai hilang di lift. Jessica tersenyum lebar.
Yoona tengkurap di ranjangnya sambil melihat hasil foto di lokasi syuting dan di pantai tadi. Kebanyakan foto mereka berdua daripada foto mereka sendiri. Yoona tersenyum bahagia.
“Gomawo, oppa…” ujar Yoona sambil melihat foto Kibum saat menunggang kuda. Kibum tidak sadar saat Yoona mengarahkan ponsel ke arahnya. Yoona tertawa sendiri saat melihat foto – foto Kibum. Dia memasang salah satu foto Kibum untuk wallpaper barunya dan menghapus foto – foto Donghae dan menggantinya dengan foto – foto Kibum. Yoona mencium salah satu foto Kibum yang sedang tersenyum.
Jessica masuk ke dalam kamar Yoona. “Yoona…” panggil Jessica.
Yoona menoleh kaget dan duduk. “Ada apa, onnie?” tanya Yoona. Jessica duduk di sebelah Yoona. Yoona masih menggenggam erat ponselnya.
“Kau menyukai Donghae-ppa, kan?” tebak Jessica. “Dan kau berusaha mendekati Kibum-ppa untuk melupakannya, kan?”
Yoona mendesah pelan. “Onnie, kau salah paham…” ujar Yoona. Jessica menatap Yoona bingung. “Aku memang menyukai Kibum-ppa. Dan aku tidak mendekati Kibum-ppa untuk melupakan Donghae-ppa. Memang dulu aku menyukai Donghae-ppa. Tapi, perasaan itu mulai menghilang seiring waktu karena Kibum-ppa selalu menemaniku meskipun hanya sekedar menelpon di sela waktu syutingnya.”
“Jadi, benar kau pernah menyukai Donghae-ppa?” tanya Jessica.
Yoona tersenyum. “Memang, tapi tolong jangan pernah ungkit lagi. Karena sekarang dia sudah mendapatkan pasangannya yang tepat, begitu juga denganku.” Yoona membuka ponselnya dan menunjukkan gambarnya yang sedang berfoto dengan Kibum. “Ini pasanganku saat ini dan aku benar – benar menyayanginya. Aku tidak mau kehilangan orang yang aku sayang lagi…” ujar Yoona.
Jessica tersenyum dan memeluk Yoona. Yoona pun membalas pelukan Jessica.
“Sepertinya lain kali kita harus double date…” usul Yoona.